Bagian-Bagian Perayaan Ekaristi

Tata susunan Perayaan Ekaristi ternyata cukup sederhana, yaitu pembukaan, ibadat sabda, persembahan-doasyukuragung-komuni, dan penutup. Pembukaan berfungsi untuk mengantar masuk orang ke dalam perayaan (unsur pokok dalam perayaan adalah orang meninggalkan kehidupan yang biasa untuk berkumpul bersama orang-orang lain menikmati kegembiraan bersama), membangun umat yang hadir menjadi satu jemaat, dan mengarahkan jemaat itu pada tema syukur yang akan dirayakan. Ibadat Sabda berfungsi untuk mendukung atau mengkhususkan puji syukur. Melalui bacaan-bacaan terpilih, jemaat dihantar untuk semakin memahami karya keselamatan Allah, yang disyukuri dalam doa pengenangan Gereja itu. Selain itu, sabda Allah juga secara nyata menuntun jemaat di dalam penyerahan diri kepada Allah bersama dengan Kristus. Persembahan, DSA, dan komuni merupakan rangkaian inti perayaan Ekaristi. Persembahan tidak termasuk inti Ekaristi tetapi harus ada untuk mempersiapkan roti anggur yang akan digunakan dalam DSA. Dengan DSA, Gereja secara resmi dan meriah mengucapkan syukur kepada Allah Bapa, atas karya keselamatanNya yang memuncak di dalam penyerahan diri Kristus. Komuni adalah alat penghubung antara umat dengan DSA Gereja itu. Dengan menerima komuni, orang mengamini dan mempersatukan diri dengan doa itu. Penutup berfungsi untuk mengantarkan kembali umat masuk dalam kehidupan sehari-hari. Unsur penting pada bagian penutup ini adalah perutusan. Umat diutus untuk melanjutkan ibadat syukur itu dalam kehidupan di luar gereja, diutus untuk memberi kesaksian mengenai keagungan Tuhan.

Untuk lebih memahami Perayaan Ekaristi terutama bagian intinya, saya kira baik juga untuk sedikit mengerti akar dari perayaan itu. Perayaan Ekaristi dikonstitusi-kan atau diadakan oleh Kristus sendiri (Bdk. 1Kor 11:23-26, Mat 26:26-29, Mrk 14:22-25, dan Luk 22:14-20). Yesus merayakan perjamuan terakhir bersama murid-muridNya, dan Ia memerintahkan supaya para murid melakukan apa yang dilakukanNya sebagai pengenangan kepadaNya. Berdasarkan yang diceriterakan Kitab Suci, dua unsur pokoknya sudah ada, yaitu doa syukur (DSA) dan pembagian roti (komuni). Perjamuan Terakhir itu pada pokoknya adalah perayaan Paska Yahudi (yang oleh KS tidak diceriterakan secara mendetail, karena diandaikan semua orang sudah tahu bagaimana ritusnya).

Di dalam setiap perjamuan resmi orang Yahudi (termasuk perayaan Paska), terjadilah tata urutan acara yang selalu sama. Pada awal acara, bapak keluarga akan mengambil roti, mengucapkan doa syukur (singkat), lalu membagikan roti itu kepada para hadirin. Kemudian, dilangsungkan acara perjamuan. Sesudah itu, bapak keluarga mengambil cawan, mengucapkan syukur (panjang), cawan dibagikan, perjamuan selesai. Jadi doa atas roti dan cawan anggur merupakan doa sebelum dan sesudah makan. Orang yang berkumpul dalam perayaan itu, menjawab "Amin" lalu masing-masing menerima roti dan anggur. Para hadirin ambil bagian dalam doa syukur bapak keluarga itu dengan menjawab "Amin" dan dengan makan-minum roti-anggur yang dibagikan olehnya. Makan roti dan minum anggur bukan termasuk perjamuan, tetapi masih bagian dari doa.

Hal baru yang dikerjakan oleh Yesus (dan karenanya kemudian dicatat oleh KS) adalah sabdaNya pada waktu membagikan roti dan cawan anggur. Pada waktu memberikan roti Ia berkata, "Inilah tubuhKu yang diserahkan bagimu." dan pada waktu membagikan cawan, "Piala ini adalah Perjanjian Baru dalam darahKu, yang ditumpahkan bagi kamu." Yang dilakukanNya ini menyimpang dari tata cara Yahudi, karena biasa bapak keluarga tidak mengatakan apa-apa. Dengan sabda itu Yesus mau mengatakan, dengan memberikan roti, Ia memberikan diriNya sendiri. Dan, orang yang minum dari cawan itu orang masuk dalam Perjanjian Baru dengan Bapa, yang dimeteraikan oleh darahNya yang ditumpahkan di kayu salib. Jadi, dengan makan roti dan minum dari cawan yang dibagikanNya, para murid tidak hanya dipersatukan dengan doa yang dibawakan oleh Yesus, tetapi secara pribadi dipersatukan dengan Yesus sendiri, yang memberikan diri. Persatuan dengan Yesus menjadikan para murid ikut serta dalam Perjanjian Baru dengan Bapa (menjadi umat yang tertebus).

Sampai abad kedua, Gereja perdana merayakan Ekaristi dengan cara yang tepat sama dengan orang Yahudi. Ternyata perjamuan (yang terjadi di tengah-tengah) menjadi sebab untuk timbulnya aneka kekacauan yang malah merusak suasana perayaan (bdk 1Kor 11:17-22). Oleh karena itu, kedua doa syukur sebelum dan sesudah perjamuan dipisahkan darinya. Mula-mula agape tetap diadakan terpisah dari ekaristi, tetapi sesudah abad ketiga dihilangkan juga, tinggal dua doa syukur itu (praktis doa syukur sebelum makan yang pendek dicaplok oleh doa syukur sesudah makan). Oleh karena itulah, Perayaan Ekaristi pada intinya adalah puji syukur.

Doa Syukur Agung yang kita miliki sekarang mempunyai struktur yang sama dengan doa syukur sesudah makan dalam perjamuan Yahudi, yang intinya adalah puji syukur dan permohonan. Tentu saja, dalam DSA yang menjadi pokok syukur bukan lagi peristiwa-peristiwa dalam Pernjanjian Lama, tetapi Yesus sendiri, terutama wafat dan kebangkitanNya. Seperti jelas dari DSA IV (di belakang), yang disyukuri Gereja adalah seluruh sejarah keselamatan, mulai dari penciptaan sampai hari kiamat. Puncaknya adalah hidup, khususnya wafat dan kebangkitan Yesus.

Dalam rangka ber-puji syukur, dikenanglah karya keselamatan yang sudah terjadi pada jaman dahulu. Dengan dikenangkan karya itu dihadirkan, diaktualisir pada masa kini, sehingga mengenai semua orang yang mengenangkannya dengan rasa syukur. Karya penebusan Kristus, yang dikenangkan di dalam Ekaristi (khususnya DSA), terjadi karena Ia menyerahkan diri kepada Bapa demi keselamatan manusia, dan penyerahan diri itu diterima oleh Bapa (dengan kebangkitan). Oleh karena itu, Ekaristi juga adalah pengaktualan kembali penyerahan diri Kristus kepada BapaNya di satu pihak. Dan, di lain pihak keikutsertaan kita di dalam penyerahan itu (yang secara nyata ditandakan dengan komuni). Kedua gerak ini mengaktualkan penebusan bagi manusia. Dalam teologi inkarnasi diterangkan, penebusan itu hanya dimungkinkan karena Kristus terlebih dahulu mau menjadi senasib dengan manusia (Bdk. Rom 8:3) dan manusia kemudian mau ambil bagian dalam kematianNya itu (Kita telah dikuburkan bersama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya sama seperti kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh Bapa yang mulia, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru, Rom 6:4). Itulah sebabnya, DSA dan komuni menjadi satu rangkaian yang paling pokok di dalam Ekaristi. Dengan bersyukur (termasuk di dalamnya ambil bagian dalam penyerahan diri Kristus yang dihadirkan kembali di dalam doa pengenangan Gereja), umat menerima penebusan.

[-HOME-] [-Doa Tokoh Suci-] [-Doa Praktis-] [-Tuntunan Alkitab-]