Yesus Sumber Rahmat
Mengapa Beriman tapi tidak Bahagia
Wakidin paling susah untuk bangun pagi. Selama bertahun-tahun, dia tergantung pada ayah ibunya. Kalau mereka lupa membangunkan, Wakidin pasti terlambat ke sekolah. Sadar kebiasaannya tidak baik, dia bertekad akan memperbaiki diri. Sayang sekali, sampai tamat sekolah, dia tetap tidak bisa bangun pagi.
Kesulitan kemudian muncul ketika ia sudah tamat dan harus bekerja di luar kota. Siapakah yang nanti akan membangunkannya untuk bekerja? Untuk ayahnya mempunyai akal. Sebagai hadiah perpisahan, dia memberikan sebuah jam weker kepada anaknya. Beres sudah, pikir Wakidin. Weker akan menggantikan tugas ayah ibunya.
Sesampainya di mes perusahaan tempatnya bekerja, Wakidin segera membenahi barang-barang bahwaannya. Tidak lupa, weker hadiah sang ayah diletakkan di sisi tempat tidurnya. Malam pertama berlalu, esok itu dia harus bekerja mulai jam 8.00. Aneh,Wakidin belum nampak keluar dari kamarnya. Rupa-rupanya, dia lupa menghidupkan wekernya. Hari pertama, dia sudah terlambat masuk kerja. Hari kedua pun terjadi hal yang sama. Hari pertama bekerja membuatnya begitu kelelahan. Begitu masuk kamar, dia langsung berbaring tidur. Wakidin lupa lagi menghidupkan weker. Esoknya, dia terlambat lagi.
Keterlambatan dua hari berturut-turut, membuatnya mendapat teguran. Wakidin tersentak. Kalau begini terus pasti dipecat. Karena itu, dia sebelum tidur pada malam itu betul-betul memastikan wekernya terpasang. Dia menyetel alarm akan berdering pada jam 06.30. Masih ada cukup waktu untuk berkemas.
Apa yang terjadi pada pagi hari ketiga? Wakidin terlambat lagi. Weker tidak lupa tugasnya. Persis pada waktu yang ditentukan dia sudah berdering. Wakidin juga sudah bangun karenanya. Hanya saja dia berpikir masih bisa tambah waktu tidur lima menit lagi. Ternyata lima menit bersambung dengan menit-menit dengkur selanjutnya. Bersambung pula dengan keputusan pemecatan dirinya. Kasihan Wakidin. Punya weker tetapi tidak dimanfaatkan.
Itulah yang terjadi dalam hidup. Punya iman tetapi tidak dihayati, punya rahmat Allah tetapi tidak digunakan. Sarana untuk selamat dan berbahagia sudah tersedia, tetapi kita tidak serius memanfaatkannya. Mengapa mengeluh hidup tidak berbahagia??